BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Adapun yang melatarbelakangi
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Bimbingan dan Konseling. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan
serta menambah ilmu pengetahuan mengenai pentingnya memahami latar belakang dan
sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika maupun di Indonesia.
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagaimana pentingnya
penjelasan tentang latar belakang dan sejarah bimbinghan dan konseling.
Seringkali timbul pertanyaan
mengapa bimbingan dan konseling itu dirasakan perlu, bahkan mutlak harus
dilaksanakan di sekolah dengan meninjaunya dari berbagai aspek sosio-kultural.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dijelaskan, penulis mengemukakan beberapa rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.
Apa
saja yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dan konseling?
2.
Bagaimana
sejarah pekembangan bimbingan dan konseling di Amerika?
3.
Bagaimana
sejarah pekembangan bimbingan dan konseling di Indonesia?
4. Bagaimana posisi bimbingan konseling dalam UU Sisdiknas?
C.
Tujuan
Makalah
Makalah ini bertujuan untuk
meningkatkan serta menambah ilmu pengetahuan mengenai pentingnya memahami latar
belakang dan sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika maupun di
Indonesia. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagaimana
pentingnya penjelasan tentang latar belakang dan sejarah bimbinghan dan
konseling.
Makalah ini
disusun dengan tujuan untuk mejelaskan dan mendeskripsikan tentang:
1. Latar
belakang perlunya bimbingan dan konseling.
2. Sejarah perkembangan bimbingan konseling di Amerika.
3. Sejarah perkembangan bimbingan konseling di Indonesia.
4. Posisi bimbingan konseling dalam UU Sisdiknas.
D.
Kegunaan
Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan
memiliki kegunaan dan manfaat bagi pembaca dan penulis, khususnya kalangan umum
dan mahasiswa. Secara ringkas makalah ini mempunyai beberapa kegunaan secara
praktis maupun secara teoretis.
Ditinjau dari kegunaan praktis
makalah ini diharapkan berguna bagi penulis yakni sebagai wahana menambah
wawasan keilmuan dalam kajian ilmu pengetahuan, terutama tentang latar belakang
perlunya bimbingan dan konseling, perkembangan bimbingan dan konseling serta
posisi bimbingan dan konseling dalam UU Sisdiknas. Sedangkan kegunaan secara
teoretis, penyusunan makalah ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan dan
menambah ilmu pengetahuan mengenai pentingnya memahami tentang latar belakang
bimbingan konseling.
E.
Prosedur
Makalah
Prosedur yang penulis terapkan
dalam penyusunan makalah ini adalah kajian pustaka dan metode deskriptif.
Kajian pustaka yang diterapkan berupa kegiatan membaca data yang dapat diolah
dengan menggunakan tekhnik analisis
isi melalui kegiatan mengeksposisikan data dan mengaplikasikan data tersebut
dalam konteks judul makalah dan melalui metode deskriptif ini penulis akan
menguraikan permasalahan secara jelas.
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan
untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan
bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun
karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdaarkan
norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan upaya
proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat
perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan
lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya.
Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni
proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat
dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang
penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara
individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah
dan memperbaiki perilaku.
1.
Latar
Belakang Psikologis Bimbingan dan Konseling
Latar belakang prikologis dalam bimingan konseling
memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menajadi sasaran
(klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling
adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau
dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk keperluan bimbingan
dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai
yaitu tentang motif dan motivasi, pembawaan dasar dan lingkungan, perkembangan
individu, belajar, dan kepribadian.
Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
dari dalam seperti dipengaruhi oleh pembawaan dan kematangan, sedangkan faktor
dari luar seperti faktor lingkungan. Perkembangan dapat berkembang dengan baik
jika kedua faktor tersebut saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang
baik perlu dilaksanakan melalui proses belajar atau melalui proses pendidikan.
Sekolah merupakan bentuk lingkungan dalam meningkatkan perkembangan individu
dalam proses belajar. Bimbingan dan konseling akan memberikan bantuan kepada
individu di dalam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Dalam konsepsi tentang tugas perkembangan dikatakan bahwa
setiap periode tertentu terdapat sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus
diselsesaikan. Berhasil atau tidaknya individu dalam menyelesaikan tugas-tugas
tersebut akan berpengaruh bagi perkembangan selanjutnya. Sehubungan dengan hal
tersebut maka prinsip-prinsip perkembangan yang harus diperhatikan antara lain:
a.
Hasil proses belajar tergantung kepada tingkat kematangan
yang telah dicapai.
b.
Tempo perkembangan berlangsung cepat pada tahun-tahun
permulaan.
c. Setiap individu memiliki tempo
perkembangan masing-masing.
d. Perkembangan individu mengikuti pola
umum.
e.
Perkembangan dapat menghalangi kemunduran, dan dapat pula
dipercepat.
f.
Perkembangan menuju kearah integrasi dan diferensiasi sistem
respons.
g.
Faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh sama kuat
terhadap proses perkembangan individu.
2.
Latar
Belakang Sosial Budaya Bimbingan dan Konseling
Perkembangan
zaman, terutama pada zaman modern yang pesat seprti sekarang ini, banyak
menimbulkan perubahan-perubahan dan kemajuan-kemajuan dalam berbagai aspek
kehidupan. Di samping itu pertambahan penduduk yang kian hari kian meningkat
cukup banyak berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan. Selain itu kebudayaan maupun bimbingan timbul
karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana
individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan kontelasi
keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan komunikasil.
Beberapa pendapat mengenai individu sebagai
produk lingkungan sosial budaya adalah sebagai berikut:
MC Daniel memandang, “setiap anak,
sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya, tetapi juga
tuntutan budaya di tempat ia hidup, tuntutan budaya itu menghendaki agar ia
mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat
diterima dalam budaya tersebut”.
Tolbert memandang bahwa, “organisasi
sosial, lembaga keagamaan, kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan
masyarakat secara menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap,
kesempatan dan pola hidup warganya”. Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh
organisasi dan budaya lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan
dan dipikirkan oleh individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya,
tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya dan
kelompok-kelompok yang dimasukinya. Bimbingan konseling
harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam pelayanannya agar menghasilkan
pelayanan yang lebih efektif.
Beberapa Hipotesis yang dikemukakan
Pedersen dkk (1976) tentang berbagai aspek konseling budaya seperti makin besar
kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara budaya pada diri konselor dan
klien maka konseling akan berhasil. Semakin besar kesamaan pemohonan tentang
ketergantungan dalam berkomunikasi secara terbuka, maka semakin efektif
konseling tersebut sehingga akan sederhana harapan yang diinginkan oleh klien yang
bersifat personal dan penuh suasana emosional. Suasana konseling antar budaya
akan memudahkan konselor memahami klien. Keefektifan konseling antara budaya
tergantung pada kesensitifan konselor terhadap proses komunikasi, keefektifan
konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta pemahaman terhadap
permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya tersebut, semakin klien kurang
memahami proses konseling semakin perlu konselor atau program konseling antara
budaya memberikan pengarahan tentang proses keterampilan berkomunikasi,
pengambilan keputusan dan transfer.
3.
Latar Belakang Agama Bimbingan dan Konseling
Dalam latar belakang agama pada
bimbingan dan konseling diperlukan penekanan dalam beberapa hal pokok
diantaranya, keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk Tuhan. Sikap
yang mendorong perkembangan dan kehidupan manusia akan berjalan kearah yang
sesuai dengan kaidah-kaidah agama. Upaya yang memungkinkan berkembang dan
dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan
yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan
pemecahan masalah individu.
Latar belakang agama pada bimbingan
dan konseling berkenaan dengan beberapa hal seperti berikut ini:
a.
Manusia
sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah mahluk Tuhan yang
memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tidak boleh
dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang
akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
b. Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara
kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap
keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus
dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi
dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan IPTEK sebagai upaya lanjut dari
penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
c.
Peranan
Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama
hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien
sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga
agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama. Sebagai pedoman
hidup agama memiliki fungsi seperti memelihara fitrah, memelihara jiwa, memelihara
akal, memelihara keturunan.
4.
Latar Belakang Pendidkan Bimbingan
dan Konseling
Pada
umumnya pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajan yang
diberikan orang lain kepada kita. Henderson mengartikam pendidikan sebagai
suatu proses pertumbuhan dan perkembangan individu yang berangsung sepanjang
hayat. Dalam prose situ timbullah interaksi antara individu dengan
lingkunganya, baik fisik maupun lingkungan sosial-kultural. Pendidikan dalam
konseling dapat bermanfaat bagi tercapainya perkembangan individu secara
optimal serta dapat mensejahterakan manusia. Proses pendidikan dapat bersifat
formal dan informal. Proses pendidikan formal lazimnya diberikan di sekolah
atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya, dan pendidikan yang informal yaitu
pendidikan yang diberikan di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan lain.
Pendidikan
non formal pada umumnya diselenggarakan oleh lembaga-lembaga tertentu tetapi
tidak formal seprti di sekolah. Yang tergolong pendidikan non formal misalnya:
kursus-kursus, pramuka, pendidikan masyarakat.
Sekolah
sebagai salah satu yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan
yang amat penting dalam usaha mendewasakan anak didik sebagai anggota
masyarakat yang berguna.
5.
Latar Belakang Perkembangan IPTEK
Bimbingan dan Konseling
Latar
belakang perkembangan IPTEK pada bimbingan dan konseling menyebabkan kemajuan
IPTEK yang sangat pesat, kesempatan kerja berkembang dengan cepat pula sehingga
siswa memerlukan bantuan dari pembimbing untuk menyesuaikan minat dan kemampuan
mereka terhadap kesempatan dunia kerja yang selalu berubah dan cepat meluas.
Sistem
pemerintahan yang demokratis berdampak positif terhadap seluruh aspek
kehidupan. Kesempatan yang sama untuk semua orang dalam berbagai bidang seperti
sekolah, universitas, dan perguruan tinggi lain. Peluasan program pendidikan
memberikan kesempatan kepada siswa supaya dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan kemampuannya. Perkembangan dibidang
industri bisa berdampak positif dan
negatif terhadap kehidupan sosial para remaja,
terutama mereka yang tinggal di kota-kota industri.
B.
Sejarah
Perkembangan Bimbingan Konseling di Amerika
Sejarah
bimbingan di Amerika mulai diberikan oleh Jesse B. Davis sekitar tahun
1898-1907. Beliau bekerja sebagai konselor sekolah menengah di Detroit. Dalam
waktu sepuluh tahun, ia membantu mengatasi masalah-masalah pendidikan, moral,
dan jabatan siswa. Pada tahun 1908, Frank Parsons mendirikan Vocational Bureau
untuk membantu para remaja mendapatkan pekerjaan yang cocok. Tahun 1910,
William Healy mendirikan Juvenile Psychopathic Institut di Chicago. Tahun 1911,
Universitas Harvard memberikan kuliah bidang bimbingan jabatan dengan dosennya
Meyer Bloomfield. Tahun 1912, Grand Rapids, Michigan mendirikan lembaga
bimbingan dalam sistem sekolahnya.
Tahun
1913 berdiri National Vocational Guidance Association di Grand Rapids.
Perkembangan
bimbingan dan konseling di Amerika sangat pesat pada awal tahun 1950. Hal ini
ditandai dengan berdirinya APGA (American Personnel and Gidance Association)
pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan Juli1983 APGA mengubah namanya nenjadi
AACD (American Association for Counselling and Development). Klemudian, satu
organisasi lainnya bergabung pula dengan AACD, yaitu military education (MECA).
Dengan demikian, pada saat ini AACD merupakan organisasi propesional bagi para
konselor Amerika serikat, dengan 14 divisi (organisasi khusus) yang tergabung
di dalamnya dismping itu, pada setiap negara bagian tertentu.
AACD
mengeluarkan jurnal-jurnal secara berkala, diantaranya Journal of Counseling
and Development, Journal of Collage Student Personnel, Counselor Education and
Super Vision dan The Career Development Quarterly.
Awal abad ke-20 belum ada konselor
disekolah, akan tetapi pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih
ditangani oleh para guru. Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai
dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang
masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di
Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA.
Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.
Pada waktu yang sama para ahli yang
juga mengembangkan program bimbingan ini, diantaranya sebagai berikut:
Eli Weaper mengatakan (1906), “memilih suatu karir” dan membentuk
komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Komite tersebut
bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan
belajar tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka
menjadi seorang pekerja yang produktif.
Frank Parson dikenal sebagai “Father
of The Guedance Movement in American Education”. Mendirikan biro pekerjaan
tahun 1908 di Boston Massachussets, yang bertujuan membantu pemuda dalam
memilih karir uang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah dan melatih
guru untuk memberikan pelayanan sebagai koselor.
Bradley (John J.Pie Trafesa et. al.,
1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan tentang sejarah bimbingan menurut
Stiller, yaitu sebagai berikut:
1. Vocational exploration: Tahapan
yang menekankan tentang analisis individual dan pasaran kerja
2. Metting Individual Needs: Tahapan
yang menekankan membantu individu agar meeting memperoleh kepuasan kebutuhan
hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan
masalahnya sendiri.
3. Transisional Professionalism:
Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada upaya profesionalisasi konselor.
4. Situasional Diagnosis: Tahapan sebagai periode
perubahan dan inovasi pada tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan
dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada individu.
C.
Sejarah
Perkembangan Bimbingan Konseling di Indonesia
Sejarah
lahirnya bimbingan dan konseling di Indonesia diawali sejak masukkannya
bimbingan dan konseling (dulunya bimbingan dan penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini
diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil konferensi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi
IKIP) di Malang tanggal 20-24 Agustus 1960. Perkembangan berikutnya tahun 1964
IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun
1971 berdiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu
IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP
Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini bimbingan dan konseling
dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan
bimbingan dan penyuluhan” pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah
Menengah Atas di dalamnya memuat pedoman bimbingan dan konseling.
Tahun 1978
diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA bimbingan dan konseling di IKIP
(setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru bimbingan dan konseling di
sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan
S1 Jurusan Bimbingan dan Konseling. Pengangkatan Guru Bimbingan dan Konseling
di sekolah mulai diadakan sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Konseling.
Keberadaan Bimbingan dan Konseling secara legal formal diakui pada tahun 1989
dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan
Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sejarah Perkembangan
bimbingan dan konseling di Indonesia lebih banyak dilakukan dalam kegiatan
formal di sekolah. Pada awal tahun 1960 di beberapa sekolah dilakukan program
bimbingan akademis dan konseling yang terbatas. Pada tahun 1964, lahir
Kurikulum SMA Gaya Baru, dengan program bimbingan dan konseling. Akan tetapi
program ini tidak berjalan, karena kurang persiapan prasyarat dan kekurangan
tenaga pembimbing yang profesional. Untuk mengatasinya pada dasawarsa 60-an
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan diteruskan oleh Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (1963) membuka jurusan bimbingan dan konseling yang sekarang
dikenal dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan nama Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB).
Secara
formal bimbingan dan konseling diprogramkan di sekolah sejak diberlakukannya
kurikulum 1975 yang menyatakan bahwa bimbingan dan konseling merupakan bagian
integral pendidikan di sekolah. Pada tahun 1975 berdiri Ikatan Petugas
Bimbingan Indonseia (IPBI), dengan memberikan pengaruh terhadap perluasan
program bimbingan di sekolah yang dilaksankan di Malang. Beberapa upaya dalam
pendidikan yang dilakukan untuk menyempurnakan kurikulum dari kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984. Dalam kurikulum 1984 telah dimasukan bimbingan karier di
dalamnya. Usaha untuk memantapkan bimbingan terus dilakukan dengan diberlakukannya
UU No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam
Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan bagi peranannya
pada masa yang akan datang. Pemantapan bimbingan terus dilanjutkan dengan
dikeluarkannya SK Menpan No. 80/1993 tentang jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya. Dalam Pasal 3 disebutkan tugas pokok guru adalah menyusun program
bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan,
analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program
bimbingan.
Pada tahun
2001 terjadi perubahan organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonseia (IPBI)
menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Dengan fungsi
bahawa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat
pengakuan.
D.
Posisi Bimbingan Konseling dalam UU
Sisdiknas
Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 3 dinyatakan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Bimbingan
merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang
dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di
sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin.
Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan
kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang
tersebut.
Di
Sekolah Dasar, kegiatan bimbingan dan konseling tidak diberikan oleh Guru
Pembimbing secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Guru kelas
harus menjalankan tugasnya secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan semua
materi pelajaran (kecuali Agama dan Penjaskes) dan memberikan layanan bimbingan
konseling kepada semua siswa tanpa terkecuali. Ada beberapa hal yang
melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah seperti: masalah
perkembangan individu, masalah perbedaan individual, masalah kebutuhan
individu, masalah penyesuaian diri dan
kelainan tingkah laku, serta masalah belajar.
BAB
III PENUTUP
A.
Simpulan
Kebutuhan
akan bimbingan dan konseling dipengaruhu oleh beberapa faktor seperti: latar
belakang psikologis, latar belakang sosial budaya, latar belakang agama, latar
belakang pendidikan, latar belakng perkembangan IPTEK. Latar belakang psikologis berkaitan erat dengan
proses perkembangan manusia yang sifatnya unik. Latar belakang sosial budaya
sangat berpengaruh dengancara berpikir dan perilaku individu. Latar belakang
agama
berkaitan dengan keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan. Latar
belakang pendidikan
dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajan. Sedangkan latar
belakng perkembangan IPTEK berfungsi untuk kemajuan seseorang.
B.
Saran
Berdasarkan
uraian yang tertera di atas, perlu memandang dan mengungkapkan sejumlah saran
sebagai berikut, penulis mengharapkan dukungan dari pembaca, penulis selaku
pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang latar belakang dan sejarah
bimbingan dan konseling supaya dapat diajarkan serta dipahami dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolahan maupun di perguruan tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
Djumhur,
I dan Surya, Muhammad. 1975. Bimbingan
dan Penyuluhan Di Sekolah. Bandung:
CV Ilmu.
Juntika
Nurhasan, Achmad. 2006. Bimbingan dan
Konseling. Bandung: P.TRefika Aditama.
Sulistyoningrum,
Nining. 2010. Bimbingan dan Konseling.
(on line) tersedia:http://niningsulistyoningrum.wordpress.com
(03 Oktober 2010).
Noorcholic.
2008. Sejarah dan Lahirnya Bimbingan Konseling.
(on line) tersedia:
http://noorholic.wordpress.com
(03 Oktober 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar