Minggu, 19 Januari 2014

Analisis Puisi Balada “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” Karya Taufik Ismail



Taufik Ismail
Puisi Ballada
SEORANG TUKANG RAMBUTAN PADA ISTRINYA

“Tadi siang ada yang mati,
Dan yang mengantar banyak sekali
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus!
Sampai bensin juga turun harganya
Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula
Mereka kehausan dalam panas bukan main
Terbakar mukanya di atas truk terbuka
Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu
Biarlah sepuluh ikat juga
Memang sudah rejeki mareka
Mereka berteriak kegirangan dan berebutan
Sperti anak-anak kecil
Dan menyoraki saya. Betul bu, meenyoraki saja
‘Hidup tukang rambutan! Hidup tukang rambutan!’
Dan ada yang turun dari truk, bu
Mengejar dan menyalami saya
‘Hidup rakyat!’ teriaknya
Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar
‘Hidup pak rambutan!’ sorak mereka
‘Terimakasih pak, terimakasih!
Bapak setuju kami, bukan?
Saya mengangguk-angguk. Tak bisa bicara
Mereka naik truk kembali
Masih meneriakan terimakasihnya
‘Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!’
Saya tersedu, bu. Belum pernah seumur hidup
Orang berterimakasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita’.

Analisis Puisi “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” karya Taufik Ismail

1.        Puisi yang saya analaisis berjudul “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” karya Taufik Ismail. Ballada ini menceritakan tentang mahasiswa-mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa pada pemerintah untuk menurunkan harga-harga. Dalam ballada ini diceritakan bahwa ada yang meninggal akibat aksi unjuk rasa tersebut. Dan seorang tukang rambutan yang melemparkan sepuluh ikat rambutannya kepada mereka, dia pun berkata pkepada istrinya bahwa itu adalah rejeki mereka, hingga mereka pun turun dan mengatkan ucapan terimakasihnya kepada tukang rambutan tersebut. Tukang rambutan begitu haru setelah ia disalami dan diarak-araki mahasiswa-mahasiswa sambil mengatakan ucapan terimakasih yang begitu jujutnya kepada tukang ranbutan tersebut.

2.      Kata yang dominan muncul dalam ballada “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” karya Taufik Ismail adalah kata tukang rambutan, hidup rakyat, bu. Kata  ‘tukang rambutan’ sering muncul, karena puisi ballada ini menceritakan seorang tukang rambutan yang memberi sepuluih ikat rambutan kepada mahasiswa-mahasiswa yang berada di atas truk. Hidup rakyat, hidup rakyat itulah yang mereka ucapkan kepada seorang tukanmg rambutan tersebut. Mereka sangat berterimakasih kepada tukang rambutan tersebut yang telah memberinya sepuluh ikat rambutannya, hingga mereka pin turun dari truk mengejar dan menyalami si tukang rambutan tersebut, bahkan diarak-arakinya. Kata ‘hidup rakyat’ pun sama, kata tersebut diulang-ulang diucapkan kepada tukang rambutan tersebut mendukung aksi unjuk rasa mereka. Bahkan kata ‘bu’ paling sering diulan dalam puisi ballada ini, yaitu tuturan tukang rambutan kepada istrinya.

3.        Mereka kehausan dalam panas bukan main
Terbakar mukanya di atas truk terbuka
Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu

Potongan larik di atas menggambarkan bahwa muka mereka yang terbakar oleh matahari, akan tetapi muka mereka yang memerah akibat kepanasan oleh teriknya matahari, dan si pak rambutan melemparkan sepuluh ikat rambutannya kepada mereka yang kehausan pula.


Saya tersedu, bu. Belum pernah seumur hidup
Orang berterimakasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita’.

Potongan bait di atas menggambarkan bahwa bukan tubuh pak tukang rambutan dan istrinya yang berbadan kecil akan tetapi mereke itu orang susah atau orang miskin yang rela menolong sesama.

4.        Tadi siang ada yang mati,
Dan yang mengantar banyak sekali
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus!
Sampai bensin juga turun harganya
Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula
Mereka kehausan dalam panas bukan main
Terbakar mukanya di atas truk terbuka
Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu

Dari potongan bait puisi di atas, sudah jelas bahwa puisi tersebut menceritakan mahasiswa-mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa terhadap pemerintah yang telah menaikan harga-harga, sehingga pada aksi unjuk rasa tersebut pun ada yang tewas mereka pun mengantarkan mayatnya. Mereka kehausan bukan main demi kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga-harga yang naik yang tidak lain mereka memperjuangkan untuk kesejahteraan mereka dan rakyat-rakyat lainnya.

5.      Parafrase puisi Ballada berjudul “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” karya Taufik Ismail.
Aksi unjuk rasa yang mahasiswa-mahasiswa lakukan kepada pemerintah untuk menurunkan harga-harga. Dalam aksi itu juga ada yang meninggal dan banyak pila yang mengantarnya. Mereka itu tidak lain adalah yang dulu pernah  berujuk rasa pula hingga harga-harga pun diturunkan, dua ratus, dua ratus itulah yang mereka ucapkan ketika mereka berunjuk rasa. Hingga akhirnya harga seperti bensin pun berhasil diturunkan. Mereka berunjuk rasa untuk mengembalikan kesejahteraan rakyat. Truk-truk berisi orang-orang yang berunjuk rasa penuh mereka rela kepanasan dan kehausan. Tukang rambutan yang mendukung aksi mereka, melemparkan sepuluh ikat rambutan kepada mereka yang sedang  ia jual. Ia berkata pada istrinya bahwa itu adalah rejeki untuk mereka. Mereka pun berebutan seperti layaknya anak kecil, hingga mereka menyoraki tukang rambutan tersebut. Dan ada pula yang turun dari truk mengejar dan menyalami tukang rambutannya, mereka berteriak hidup tukang rambutan, hidup tukang rambutan sambil dipangul dan mengarak-arakinya. Ucapan terimakasih mereka lontarkan kepada tukang rambutan tersebut. Tukang rambutan begitu terharu bahwa seumur hidupnya ada yang mengucapkan terimakasih padanya dengan begitu jujur, karena dia hanyalah orang kecil, pak rambutan berkata kepada istrinya.

6.      Ada lima jenis kata ganti yang terdapat dalam pusi ini yaitu “kita”, “nya”, “saya”, “mereka” dan “kami”.

Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula.
Saya lempakan sepuluh ikat ranmbutan kita, bu.
Pada orang kecil seperti kita’.
Kata ganti “kita” di sana ditujukan kepada pak tukang rambutan sendiri dan kepada istrinya.

Terbakar mukanya di atas truk terbuka.
‘hidup rakyat!’ teriaknya.
Masih manariakan terimakasihnya.
Kata ganti “nya” di sana ditujukan kepada salah seorang mahasiswa yang berada di atas truk.

Saya lempakan sepuluh ikat ranmbutan kita, bu.
Dan menyoraki saya. Betul bu, menyoraki saja.
Saya tersedu, bu. Belum pernah seumur hidup.
Kata ganti “saya” di sana ditujukan kepada pak tukang rambutan sendiri. Pak tukang rambutan yang sedang berbicara kepada istrinya yang ada di dekatnya.

Memang sudah rejeki mereka.
Mereka berteriak kegirangan dan dan berebutan.
‘Hidup pak rambutan!’ sorak mereka.
Kata ganti “mereka” di sana ditujukan kepada mahasiswa-mahasiswa yang berada di atas truk.

Bapak setuju kami, bukan?.
Kata ganti “kami” di sana ditujukan kepada mahasiswa-mahasiswa yang berada di atas truk dan kepada p[ak tukang rambutan juga.

7.        Puisi Ballada Sumilah terdiri atas 3 bait, dan terdiri dari 29 larik. Melihat pemakaian tanda titik(.), tanda seru (!), tanda tannya (?), tanda kutif dua (“), tanda kutif satu (‘),  dan tanda koma(,) di dalam puisi tersebut memiliki isi kaitan keseluruhan larik 1 sampai larik 29 yaitu aksi unjuk rasa yang mahasiswa-mahasiswa lakukan kepada pemerintah untuk menurunkan harga-harga. Dalam aksi itu juga ada yang meninggal dan banyak pila yang mengantarnya. Mereka itu tidak lain adalah yang dulu pernah  berujuk rasa pula hingga harga-harga pun diturunkan, dua ratus, dua ratus itulah yang mereka ucapkan ketika mereka berunjuk rasa. Hingga akhirnya harga seperti bensin pun berhasil diturunkan. Mereka berunjuk rasa untuk mengembalikan kesejahteraan rakyat. Truk-truk berisi orang-orang yang berunjuk rasa penuh mereka rela kepanasan dan kehausan. Tukang rambutan yang mendukung aksi mereka, melemparkan sepuluh ikat rambutan kepada mereka yang sedang  ia jual. Ia berkata pada istrinya bahwa itu adalah rejeki untuk mereka. Mereka pun berebutan seperti layaknya anak kecil, hingga mereka menyoraki tukang rambutan tersebut. Dan ada pula yang turun dari truk mengejar dan menyalami tukang rambutannya, mereka berteriak hidup tukang rambutan, hidup tukang rambutan sambil dipangul dan mengarak-arakinya. Ucapan terimakasih mereka lontarkan kepada tukang rambutan tersebut. Tukang rambutan begitu terharu bahwa seumur hidupnya ada yang mengucapkan terimakasih padanya dengan begitu jujur, karena dia hanyalah orang kecil, pak rambutan berkata kepada istrinya.

8.      Terbakar mukanya di atas truk terbuka,
 maksud kata terbakar mukanya pada potongan larik tersebut menggambarkan bahwa muka mereka yang terbakar oleh matahari, akan tetapi muka mereka yang memerah akibat kepanasan oleh teriknya matahari, dan si pak rambutan melemparkan sepuluh ikat rambutannya kepada mereka yang kehausan.

Saya tersedu, bu. Belum pernah seumur hidup
Orang berterimakasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita’.
Potongan bait di atas menggambarkan bahwa bukan tubuh pak tukang rambutan dan istrinya yang berbadan kecil akan tetapi mereke itu orang susah atau orang miskin yang rela menolong sesama.

9.      Puisi Ballada berjudul “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” karya Taufik Ismail. Adalah puisi yang lebih mementingkan unsur puitis, tidak terikat kehadiran unsur formal seperti penonjolan rima (persamaan bunyi) dan pola-pola larik (dengan jumlah suku kata yang relatof sama). Memang ada larik atau bait, tetapi penulisannya itu manasuka. Puisi ini lebih mementingkan suasana puitis melalui imaji-imaji yang penulis diciptakan. Contoh:
Tadi siang ada yang mati,
Dan yang mengantar banyak sekali
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus!
Sampai bensin juga turun harganya
Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula
Mereka kehausan dalam panas bukan main
Terbakar mukanya di atas truk terbuka
Potongan bait di atas menggambarkan aksi unjuk rasa yang mahasiswa-mahasiswa lakukan kepada pemerintah untuk menurunkan harga-harga. Dalam aksi itu juga ada yang meninggal dan banyak pila yang mengantarnya. Mereka itu tidak lain adalah yang dulu pernah  berujuk rasa pula hingga harga-harga pun diturunkan, dua ratus, dua ratus itulah yang mereka ucapkan ketika mereka berunjuk rasa. Hingga akhirnya harga seperti bensin pun berhasil diturunkan. Mereka berunjuk rasa untuk mengembalikan kesejahteraan rakyat. Truk-truk berisi orang-orang yang berunjuk rasa penuh mereka rela kepanasan dan kehausan. Tukang rambutan yang mendukung aksi mereka.

‘Terimakasih pak, terimakasih!
Bapak setuju kami, bukan?
Saya mengangguk-angguk. Tak bisa bicara
Mereka naik truk kembali
Masih meneriakan terimakasihnya
‘Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!’
Saya tersedu, bu. Belum pernah seumur hidup
Orang berterimakasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita’.
Potongan bait di atas menggambarkan ucapan terimakasih mahasiswa-mahasiswa lontarkan kepada tukang rambutan tersebut. Tukang rambutan begitu terharu bahwa seumur hidupnya ada yang mengucapkan terimakasih padanya dengan begitu jujur, karena dia hanyalah orang kecil, pak rambutan berkata kepada istrinya.

10.  Puisi Ballada berjudul “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya” karya Taufik Ismail Ballada ini menceritakan tentang mahasiswa-mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa pada pemerintah untuk menurunkan harga-harga. Dalam ballada ini diceritakan bahwa ada yang meninggal akibat aksi unjuk rasa tersebut. Dan seorang tukang rambutan yang melemparkan sepuluh ikat rambutannya kepada mereka, dia pun berkata pkepada istrinya bahwa itu adalah rejeki mereka, hingga mereka pun turun dan mengatkan ucapan terimakasihnya kepada tukang rambutan tersebut. Tukang rambutan begitu haru setelah ia disalami dan diarak-araki mahasiswa-mahasiswa sambil mengatakan ucapan terimakasih yang begitu jujutnya kepada tukang ranbutan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar